Profil Facebook Nyoman Ekayana

Cari di blog ini

Links

Followers

Advertisers


Masukkan Code ini K1-B133A2-E
untuk berbelanja di KutuKutuBuku.com

19 Februari 2011

Bagaimana Membuat Film Dokumenter

Mungkin anda bertanya-tanya bagaimana seharusnya seseorang membuat atau memproduksi film dokumenter. Sekarang ini, dengan peralatan yang murah, setiap orang dapat membuat film. Bisa saja benar demikian, namun, seberapa baik hasilnya? Adakah yang bersedia membayar untuk menontonnya?
Berikut adalah beberapa langkah penting yang sangat mendasar dalam membuat film dokumenter:
1) Pastikan bahwa kita mempunyai ide yang orisinil. Telusuri daftar-daftar film di festival internasional (khususnya Hot Docs, Silver Docs, Full Frame dan festival film dokumenter lainnya), Internet Movie Database, Indiewire dan wadah film-film lainnya, untuk memastikan bahwa belum ada film dengan topik yang sama pernah dibuat. Hampir semua film yang dibuat oleh para pemula dapat menarik perhatian para distributor film dari keikutsertaanya dalam festival film. Programer festival biasanya hanya mempunyai sedikit tempat untuk film dokumenter. Pastikan bahwa film kita berbeda dari yang lain. Film-film tentang 9/11, Iraq, dan AIDS adalah film-film yang sudah sangat umum.


2) Baca. Jika belum pernah sama sekali membuat film maka kita harus banyak belajar. Jangan membuat kesalahan-kesalahan yang tidak penting dan akhirnya membuang-buang uang. Luangkan waktu untuk membaca atau mencari cara untuk mendapatkan masukan dari para profesional.
3) Tonton. Carilah tempat-tempat di mana kita bisa menyewa atau menonton film-film dokumenter. Jika menggunakan TV kabel, beberapa saluran (channel) juga dapat menjadi sumber yang baik. Diskusikan film dokumenter favorit bersama teman yang juga menyukai film. Catat hasil diskusi yang penting.
4) Riset. Kita harus tahu bagaimana caranya membuat si subyek benar-benar ‘hidup’ dalam film. Pikirkan itu pada saat membuat treatment? hingga ke tampilannya. Pastikan kita sudah mendapatkan kesediaan dari para nara sumber juga izin lokasi di mana kita akan merekam gambar.
5) Jika hal-hal yang dibutuhkan sudah terkumpul, mulailah menulis treatment. Ikuti format yang sudah ditetapkan dalam menulis treatment?. Cari buku panduan jika membutuhkan bantuan. Ingatlah bahwa karya kita bermula dari treatment.
6) Hitung dan kumpulkan anggaran. Perkirakan berapa wawancara yang akan dilakukan dalam pembuatan film ini, berapa hari yang diperlukan, berapa tim yang akan ikut dalam produksi ini (penata suara, penata kamera, sutradara, editor), perlu tidaknya menyewa alat. Belakangan ini, kebanyakan film dokumenter berformat DVD or DigiBeta. Jangan lupa, izin atau biaya hak cipta dari musik yang akan kita pakai dapat menambah biaya yang cukup lumayan.
7) Tambahkan 30% di rencana anggaran kita, sebagai anggaran tidak terduga.
8.) Cari investor atau pen-donor. Para pemula biasanya mengajak teman atau keluarganya untuk ambil bagian dalam filmnya. Kita bisa mengajukan proposal ke bermacam-macam yayasan yang memberikan bantuan dana bagi pembuatan film dokumenter. Pada umumnya kita harus menunggu 3-6 bulan dari awal pengajuan proposal untuk mendapatkan jawabannya. Jangan memaksakan diri meminjam uang atau menggunakan kartu kredit untuk membuat film.
9) Atau kita bisa juga mempresentasikan treatment kita ke stasiun-stasiun TV yang mempunyai program dokumenter.
10) Produksi film.
11) Putar film kita di kalangan yang mengapresiasi film dokumenter atau kelompok-kelompok yang merupakan target penonton film kita. Evaluasi film kita melalui angket yang disebarkan saat itu, yaitu meminta penonton untuk menuliskan pendapat mereka tentang film kita. Apakah mereka mengerti, bagaimana suasananya dan pertanyan-pertanyaan lain yang kita anggap penting.
12) Tilik kembali evaluasi-evaluasi yang kita dapatkan dan kemudian pikirkan kembali apakah ada yang perlu diubah atau ditambahkan.
13) Ajukan film kita ke festival-festival film yang ada. Bisa dimulai dari festival-festival lokal (daerah) dan nasional.
sumber : http://www.in-docs.org/






Buat Script atau Skenario!
KESALAHAN yang selalu terjadi ketika pembuatan video tahunan adalah hal fatal yang sebetulnya merusak kesinambungan kerja. Kenapa? Karena tidak ada arsitektur yang terbentuk sebelum produksi. Sehingga produksi layaknya buta, tidak mendasar. HARUSNYA, tanpa skenario, kalian tidak dapat menentukan budget produksi kepada atasan. Kenapa? Ya rancangan juga belom ada, lalu apa yang mau diajukan?
Dalam bukunya “Dongeng Produksi Film Dari Sudut Pandang Manajer Produksi” Karya Tino Saroenggaloe ditulis, “Adalah omong kosong sebuah budget produksi diajukan sementara skenario belum jadi. Itu omong kosong belaka!”. Tapi berhubung tuntutan dari pihak atasan juga saat ini (baca : ketua Buku Tahunan atau pihak Senat/OSIS atau sekolah) kalian harus menentukan budget yang diperlukan, ya sudah apa boleh buat. Tapi berarti disini, kreatifitas kalian akan terpentok masalah dana. Itu yang selalu terjadi, maka mari kita lanjutkan.
Lalu, apa guna skenario dalam sebuah film dokumenter? Ya tentu sebagai arahan dari apa yang sudah kita ambil di lapangan. Inilah keuntungan dari sebuah film dokumenter. Kita bisa maju produksi dulu dengan segala keterbatasan kita, lalu naskah disesuaikan dengan apa yang kita miliki/dapat dilapangan.
Pada produksi-produksi video tahunan ebelumnya, skenario yang ada hanyalah konsep + narasi. Jadi di dalam tabel konsep (di poin sebelumnya), kita lalu menuliskan narasi yang harus dibacakan oleh pembaca narasi. Maka disini gua gak bisa menyajikan contoh-contoh skenario dari tahun-tahun sebelunya. Apa yang mau disajikan? Lha wong gak ada apa-apa. Jika kita mau bicara benarnya, sebetulnya tidak susah, koq. Tapi kebanyakan dari kalian hanya malas. ELO MALAS JUGA?
Lalu bagaimana format skenario video dokumenter? Hehe.. Gini, gini… Bikin tabel 5 kolom. Kolom pertama Nomor Adegan, kolom kedua adalah Visual, kolom ketiga adalah Audio (musik & narasi) sementara kolom ke 5 adalah Durasi. Skenario bisa saja tabel-tabelnya dibuat di komputer, lalu tulisannya ditulis tangan. Tapi apa sulitnya sih diketik dengan komputer?


Ini adalah contoh dari format tabel standart video dokumenter (Film Dokumenter, Corporate profile, dsb) :
Potongan naskah dari video tahunan Gonzaga angkatan 16 (2005).
Tampak sederhana bukan?! Ya. Tapi inilah yang merancang semua video yang nanti ada. Mungkin memang disini tampak berbentuk garis besar. Tapi inilah yang nantinya akan dikembangkan oleh para panitia pengembang naskah (sutradara, penulis naskah & editor) untuk bisa mengadaptasikan tulisan dan lembaran ini menjadi sebuah karya audio visual.










Komentar :

ada 0 komentar ke “Bagaimana Membuat Film Dokumenter”

donate here

VOA News: Asia

BBCIndonesia.com | Berita Dunia | Indonesian News index

ANTARA - Berita Terkini

KOMPAS.com - Nasional

BALIPOST.com

detiknews - detiknews

Liputan6 - Aktual Tajam dan Terpercaya: RSS 0.92

Sindikasi welcomepage.okezone.com

 
This Blog is proudly powered by Blogger.com | Template by Angga LP * modified by eka DOT