Oleh : Satrio Arismunandar
Saya sering mendapat keluhan dari sejumlah teman, yang kebetulan bekerja di departemen pemerintahan, atau pun yang aktif di NGO (organisasi non-pemerintah). Meski dengan ungkapan yang bervariasi, keluhan mereka hampir seragam. “Mengapa sih Trans TV tak pernah mengirim wartawannya untuk meliput acara kami? Padahal kami sudah mengundang berkali-kali, lewat telepon, lewat fax dan surat pos,” ujar mereka.
Bahkan ada sejumlah relasi, yang bicara blak-blakan seperti ini: “Apakah masalahnya cuma uang? Kalau cuma itu masalahnya, kami pun bersedia membayar untuk diliput. Termasuk menyediakan anggaran untuk wartawan yang meliput, dengan camera person-nya!”
Ungkapan yang terakhir ini tentu saja keliru. Seorang jurnalis yang baik dan profesional bekerja dan meliput berita bukan karena iming-iming uang dari narasumber, atau bahasa populernya diberi “amplop.” Namun, peristiwa itu diliput karena memang layak diliput. Bahwa ada sejumlah “oknum” jurnalis yang bersedia meliput peristiwa apa saja, asal disediakan uang, tidak boleh dijadikan alasan untuk menggeneralisir semua jurnalis berperilaku demikian.
Type rest of the post here
Namun keluhan sejumlah teman tentang sulitnya mendapat peluang untuk diliput media, memang patut mendapat perhatian. Berdasarkan pengalaman selama ini sebagai jurnalis media cetak dan elektronik, saya akan menguraikan, berbagai cara yang dapat dilakukan untuk menarik minat media. Sehingga, pada gilirannya hal ini akan meningkatkan peluang, acara atau kegiatan kita diliput oleh media. Di sini saya akan lebih menekankan pada media televisi, karena memang di media itulah saya sekarang bekerja.
Kriteria kelayakan berita
Nah, pertama kita harus memahami bagaimana cara media bekerja, sebelum mereka memutuskan untuk meliput suatu acara, kegiatan atau peristiwa. Setiap media memiliki apa yang disebut kriteria kelayakan berita. Selain itu, mereka juga memiliki apa yang disebut kebijakan redaksional (editorial policy). Kriteria kelayakan berita itu bersifat umum (universal), dan tak jauh berbeda antara satu media dengan media yang lain. Sedangkan kebijakan redaksional setiap media bisa berbeda, tergantung visi dan misi atau ideologi yang dianutnya.
Perbedaan visi, misi dan ideologi ini akan berpengaruh pada sudut pandang atau angle peliputan. Dua media yang berbeda bisa mengambil sudut pandang yang berbeda terhadap suatu peristiwa yang sama. Bandingkan, misalnya, cara pandang redaktur harian Kompas dan Republika terhadap RUU Anti Pornografi dan Pornoaksi, yang telah memancing kontroversi sengit di sejumlah kalangan belum lama ini.
Terakhir, tentu saja segmen khalayak yang dilayani tiap media juga berbeda-beda. Keinginan media untuk memuaskan kebutuhan segmen khalayak tersebut secara tak langsung juga berarti melakukan seleksi terhadap apa yang layak dan tidak layak diliput. Trans TV, misalnya, memilih khalayak dari kalangan sosial-ekonomi menengah ke atas. Majalah Femina membidik pasar kaum perempuan berusia menengah ke atas, yang tinggal atau bekerja di perkotaan. Sedangkan Radio Hardrock FM mengejar pasar kaum muda di Jakarta.
Ini adalah sejumlah kriteria kelayakan berita yang bersifat umum:
Penting. Suatu peristiwa diliput jika dianggap punya arti penting bagi mayoritas khalayak pembaca, pendengar, atau pemirsa. Tentu saja, media tidak akan rela memberikan space atau durasinya untuk materi liputan yang remeh. Kenaikan harga bahan bakar minyak, pemberlakuan undang-undang perpajakan yang baru, dan sebagainya, jelas penting karena punya dampak langsung pada kehidupan khalayak.
Aktual. Suatu peristiwa dianggap layak diliput jika baru terjadi. Maka, ada ungkapan tentang berita “hangat,“ artinya belum lama terjadi dan masih jadi bahan pembicaraan di masyarakat. Kalau peristiwa itu sudah lama terjadi, tentu tak bisa disebut berita “hangat,” tetapi lebih pas disebut berita “basi.” Namun, pengertian “baru terjadi” di sini bisa berbeda, tergantung jenis medianya. Untuk majalah mingguan, peristiwa yang terjadi minggu lalu masih bisa dikemas dan dimuat. Untuk suratkabar harian, istilah “baru” berarti peristiwa kemarin. Untuk media radio dan televisi, berkat kemajuan teknologi telekomunikasi, makna “baru” adalah beberapa jam sebelumnya atau “seketika” (real time). Contohnya, siaran langsung pertandingan sepakbola Piala Dunia.
Unik. Suatu peristiwa diliput karena punya unsur keunikan, kekhasan, atau tidak biasa. Orang digigit anjing, itu biasa. Tetapi, orang mengigit anjing, itu unik dan luar biasa. Contoh lain: Seorang mahasiswa yang berangkat kuliah setiap hari, itu kejadian rutin dan biasa. Tetapi, jika seorang mahasiswa menembak dosennya, karena bertahun-tahun tidak pernah diluluskan, itu unik dan luar biasa. Di sekitar kita, selalu ada peristiwa yang unik dan tidak biasa.
Asas Kedekatan (proximity). Suatu peristiwa yang terjadi dekat dengan kita (khalayak media), lebih layak diliput ketimbang peristiwa yang terjadi jauh dari kita. Kebakaran yang menimpa sebuah pasar swalayan di Jakarta tentu lebih perlu diberitakan ketimbang peristiwa yang sama tetapi terjadi di Ghana, Afrika. Perlu dijelaskan di sini bahwa “kedekatan” itu tidak harus berarti kedekatan fisik atau kedekatan geografis. Ada juga kedekatan yang bersifat emosional. Agresi Israel terhadap warga Palestina di Tepi Barat dan Jalur Gaza, misalnya, secara geografis jauh dari kita, tetapi secara emosional tampaknya cukup dekat bagi khalayak media di Indonesia.
Asas Keterkenalan (prominence). Nama terkenal bisa menjadikan berita. Sejumlah media pada Juni-Juli 2006 ini ramai memberitakan kasus perceraian artis Tamara Bleszynski dan suaminya Teuku Rafli Pasha, serta perebutan hak asuh atas anak antara keduanya. Padahal di Indonesia ada ratusan atau bahkan ribuan pasangan lain, yang bercerai dan terlibat sengketa rumah tangga. Namun, mengapa mereka tidak diliput? Ya, karena sebagai bintang sinetron dan bintang iklan sabun Lux, Tamara adalah figur selebritas terkenal.
Magnitude. Mendengar istilah magnitude, mungkin mengingatkan Anda pada gempa bumi. Benar. Magnitude ini berarti “kekuatan” dari suatu peristiwa. Gempa berkekuatan 6,9 skala Richter pasti jauh lebih besar dampak kerusakannya, dibandingkan gempa berkekuatan 3,1 skala Richter. Dalam konteks peristiwa untuk diliput, sebuah aksi demonstrasi yang dilakukan 10.000 buruh, tentu lebih besar magnitude-nya ketimbang demonstrasi yang cuma diikuti 100 buruh. Kecelakaan kereta api yang menewaskan 200 orang pasti lebih besar magnitude-nya daripada serempetan antara becak dan angkot, yang hanya membuat penumpang becak menderita lecet-lecet. Semakin besar magnitude-nya, semakin layak peristiwa itu diliput.
Human Interest. Suatu peristiwa yang menyangkut manusia, selalu menarik diliput. Mungkin sudah menjadi bawaan kita untuk selalu ingin tahu tentang orang lain. Apalagi yang melibatkan drama, seperti: penderitaan, kesedihan, kebahagiaan, harapan, perjuangan, dan lain-lain. Topik-topik kemanusiaan semacam ini biasanya disajikan dalam bentuk feature.
Unsur konflik. Konflik, seperti juga berbagai hal lain yang menyangkut hubungan antar-manusia, juga menarik untuk diliput. Ketika ppahlawan sepakbola Perancis, Zinedine Zidane, “menanduk” pemain Italia, Marco Materrazzi, dalam pertandingan final Piala Dunia, Juli 2006 lalu, ini menarik diliput. Mengapa? Ya, karena sangat menonjol unsur konflik dan kontroversinya. Bahkan, kontroversi kasus Zidane ini lebih menarik daripada pertandingan antara kesebelasan Perancis dan Italia itu sendiri.
Trend. Sesuatu yang sedang menjadi trend atau menggejala di kalangan masyarakat, patut mendapat perhatian untuk diliput media. Pengertian trend adalah sesuatu yang diikuti oleh orang banyak, bukan satu-dua orang saja. Misalnya, suatu gaya mode tertentu yang unik, perilaku kekerasan antar warga masyarakat yang sering terjadi, tawuran antarpelajar, dan sebagainya.
Dalam memilih topik liputan, bisa saja tergabung beberapa kriteria kelayakan. Misalnya, kasus mantan anggota The Beatles, John Lennon, yang pada 1980 tewas ditembak di depan apartemennya di New York oleh Mark Chapman. Padahal beberapa jam sebelumnya, Chapman sempat meminta tanda tangan Lennon. Chapman mengatakan, ia mendengar “suara-suara” di telinganya yang menyuruhnya membunuh Lennon.
Mari kita lihat kriteria kelayakan berita ini. Pertama, Lennon adalah seorang selebritas yang terkenal di seluruh dunia (unsur keterkenalan). Kedua, penembakan terhadap seorang bintang oleh penggemarnya sendiri, jelas peristiwa luar biasa dan jarang terjadi (unsur keunikan). Ketiga, meskipun peristiwa itu terjadi di lokasi yang jauh dari Indonesia, para penggemar The Beatles di Indonesia pasti merasakan kesedihan mendalam akibat tewasnya Lennon tersebut (unsur kedekatan emosional). Dan seterusnya.
Gambar sebagai kekuatan media televisi
Semua yang saya uraikan di atas merupakan kriteria-kriteria yang bisa dibilang bersifat universal, yakni berlaku sama untuk media cetak ataupun elektronik. Namun, ada kriteria yang khusus berlaku untuk media televisi. Hal ini disebabkan oleh sifat televisi sebagai sebuah media audio-visual (ada suara dan gambar). Dari segi suara (audio), ada kemiripan televisi dengan media radio. Namun, unsur gambar (visual) inilah yang menjadi ciri khas, sekaligus kekuatan, media televisi.
Kalau seorang reporter dari suatu suratkabar baru pulang dari tugas liputan, redaktur biasanya langsung bertanya: “Kamu dapat berita apa?” Sesudah jelas, informasi apa yang diperoleh dan mau ditulis, baru si redaktur bertanya: “Ada fotonya?” Di banyak media suratkabar di Indonesia, foto (gambar) lebih sering diposisikan sebagai pelengkap berita, bukan yang utama. Artinya, tanpa satu foto pun, berita itu tetap bisa dimuat.
Hal yang kebalikannya justru terjadi di media televisi. Jika seorang reporter dengan camera-person-nya baru pulang liputan, si producer (sama dengan redaktur di media cetak) akan bertanya: “Kamu dapat gambar apa?” Aspek gambar lebih diperhatikan karena memang pada gambar inilah letak kekuatan media televisi. Penulisan narasi untuk paket berita di media televisi tergantung pada ketersediaan gambar. Bahkan tak jarang, alur narasi itu sendiri menyesuaikan dengan alur gambar.
Ketersediaan gambar ini mutlak diperlukan, karena pemirsa tidak mungkin disuguhi layar yang kosong. Ketiadaan gambar baru bisa ditoleransi untuk kasus-kasus khusus. Dalam hal ini, presenter-lah yang akan muncul di layar dan langsung membacakan berita, tanpa diiringi gambar lain. Misalnya, breaking news tentang terjadinya gempa dan Tsunami, yang melanda pantai selatan Pulau Jawa, 17 Juli 2006. Hal ini terpaksa dilakukan karena informasi baru saja diperoleh lewat hubungan telepon, sedangkan reporter dan camera person masih dalam perjalanan dan belum sampai ke lokasi bencana.
Karena gambar (dan suara) menjadi kekuatan media televisi, seorang producer sering mengeksplorasi dua aspek tersebut, khususnya untuk liputan-liputan yang menghasilkan gambar dinamis dan dramatis. Misalnya, liputan tentang kerusuhan massal, yang disertai dengan perusakan, penjarahan, dan pembakaran. Tanpa banyak narasi, gambar peristiwa itu sendiri sudah cukup informatif dan menarik perhatian pemirsa. Narasi hanya bersifat menuturkan hal-hal yang tidak bisa diceritakan lewat gambar.
Para producer berita televisi biasanya menyukai gambar-gambar dinamis dan dramatis. Di sisi lain, mereka kurang bersemangat meliput acara yang (sudah bisa diperkirakan) akan menghasilkan gambar-gambar mati, monoton, statis, atau membosankan. Misalnya, acara seminar, simposium, diskusi, ceramah, serah-terima jabatan, peresmian ini dan itu, dan sebagainya. Gambarnya biasanya hanyalah: orang bicara, pengguntingan pita, hadirin yang duduk dan mendengarkan ceramah, dan seterusnya.
Nah, dari seluruh uraian di atas, saya yakin Anda sudah mendapat cukup gambaran, tentang hal-hal apa dan bagaimana pengemasannya, yang disukai oleh para producer di media televisi. Dengan memahami berbagai kriteria kelayakan berita, serta kekuatan media televisi untuk mengeksplorasi aspek gambar, Insya Allah, semua ini dapat Anda manfaatkan sebagai kiat-kiat untuk lebih mudah diliput oleh media televisi.
Jakarta, 18 Juli 2006
* Satrio Arismunandar adalah News Producer Trans TV (sejak 2002-sekarang). Ia pernah bekerja di Harian Pelita (1986-1988), Kompas (1988-1995), dan Media Indonesia (2000-2001). Dulu aktif sebagai anggota-pendiri dan Sekjen Aliansi Jurnalis Independen (AJI), serta menjadi anggota Dewan Pimpinan Pusat SBSI (Serikat Buruh Sejahtera Indonesia).
04 Juni 2008
Kiat Agar diliput Media TV
Langganan:
Posting Komentar (RSS)
Mantap!!! Artikel bagus. Sayang saya baru lihat hari ini padahal tanggal postingnya dah lama.
Ditunggu posting2 lainnya :D
tulisan yang bagus,
aq punya usaha yg boleh dikata sulit bernafas disaat smua bahan baku skrg ini naik smua...usahaku dibidang pembuatan rambak kulit yg skrg lg bikin inovasi yaitu krecek mini.apakah ini layak untuk diliput?
Seep,,klu begitu.aku punya berita pemberitahuan,ini menyangkut masyarakat benyak,dari th 2008 sampai sekarang ini,kususnya di daerah kami di bingungkan oleh tagihan PBB,setiap th surat tagihan PBB kami ada dua rangkap dengan daftar isi yang sama tapi nilai tagihannya berbeda,yang satu 10rb dan yang satunya lagi 37rb,berita inilah yang ingin saya laporkan ke media cetak atau tv,
http://punya-smk-muhammadiyah.blogspot.com/ : Siswa siswi Indonesia di Jambi Kehilangan Jurusan. Saat ini mereka sangat memButuhkan bantuan anda ! Mohon sebarkan Informasi ini !
Alhamdulillah saya sudah beberapa kali di liput media, meskipun kebanyakan via email saja.rata2 menyoroti bisnis herbal yang saat ini sedang pesat berkembang juga label Islam yang lagi trend.
Mudah=mudahan saya bisa dapat diliput media TV juga sebagai salah satu penggiat tren bisnis herbal.
mantap
www.raja-tiket.com
travcel online terpopuler di indonesia
oh kalo anda berbicara yang di atas tadi termasuk acara gosip kah?
menurut saya acara gosip tidak penting.terlalu ikut urusan orang lain
masih banyak berjuta pulau dan berjuta ..
masih banyak jutaan penduduk butuh keadilan pak di negara ini butuh di publikasikan. agar semua pemimpin itu tau berharap tindakan dari pemimpin yang kebetulan melihat di acara TV. jngan cuma di ributin tentang kawin cerai . selingkuh atau segala macam..
mau jadi apa bangsa ini pak kao pemimpin.kita melihatnya acara tv begitu, mendingan acara yg buruh 5 orang menuntut ke adilan dari pada melihat celoteh mengurusi ..
rumah tangga orang lain
maaf sebelumnya ini fakta. sudah banyak acar begitu
Artikel bagus.
Kami biasa pakai online press release untuk web kami
Http://www.transafeindonesia.com
Tapi belum pernah diliput T.T
Kami pny komunitas "Numismatik", yaitu senang mengoleksi uang kuno. Kami terpanggil utk melestarikan sejarah bangsa. Kami kumpul setiap hari Minggu di Surabaya. Anggota lebih dari 30 orang. Apakah bisa diliput, utk mengenalkan hoby kami. Trimakasih.
Ananto 085647013553
saya jg ingin ada media yg meliput masalah travel umroh yg abal-abal yg akhirnya kami menjadi korban penipuan travel tsb, KJL Tour (Komunitas Jalan Lurus) travel yg berkantor di Tamrin City ,Ged Cosmo ,Apartemen Residence, dengan nama pemiliknya Jafar Ibnusanta, semoga tidak ada lagi korban2 penipuan berkedok ibadah umroh dll,
Mohon bantu untuk liput kasus yg adg menimpa klien kami, bisa?
Mohon bantu untuk liput kasus yg adg menimpa klien kami, bisa?
Kami memerlukan dukungan teman-teman wartawan surat kabar atau media lain yg berkenan liput kasus klien yg sdg kami tangani.selama ini klien kami ingin sekali kasusnya diangkat ke media tetapi ybs tdk memiliki dana utk itu.bisakah teman wartawan atau media lain bantu? Bila ada mhn hubungi sy
Kalau ingin mempromosikan wisata daerah, bisa tidak? Kami pemerintah daerah Kabupaten Pesisir Selatan Propinsi Sumatera Barat ingin mempromosikan wisata dan potensi daerah kami, bisa tidak diliput tp kami tidak memiliki anggaran untuk membayar televisi, bisakah?
Berita hangat korban jiwasraya. Akan ada pertemuan dg nasabah korban bank standart chartered dan jiwasraya di kantor jiwasraya jl arjuna surabaya tgl 18 april ada 2 sesi jam 10 pagi dan 14.00. Terima kasih. Bisa diliput beritanya pak karena lagi ramai .